Lalu ada tangan yang membeliku, akhirnya. Aku dibawa ke rumahnya yang sangat besar, lalu ditaruhlah aku dipojok ruangan. Aku mendengar percakapan Tuanku dengan seorang yang lain. Aku terharu ketika tahu bahwa proses yang aku lalui untuk sampai ke tangan Tuan tidaklah mudah. Katanya aku memenuhi kriteria kanvas yang diinginkannya, mulai dari tekstur, bahan, warna, ukuran, dan juga harga. Aku memenuhi semua kriteria itu!
Lama sekali aku bersandar di sini. Tuanku bahkan belum menyentuhkan satu warna pun pada diriku. Aku jadi menyesal, mengapa aku disini. Kenapa aku tidak dibeli oleh Tuan lain yang benar-benar membuatku berguna, yang menggoreskan warna-warna indah dengan guratan seni yang menawan, sehingga jadilah aku lukisan yang rupawan dan bernilai. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, hanya menanti sambil berharap-harap cemas. Apakah aku akan melapuk dalam keadaan tetap polos seperti ini? Dibuang? Diberikan kepada tuan lain? Atau Tuan akhirnya melukisku walaupun masih ada kekhawatiran akan menjadi lukisan seperti apa aku ini.
Kenyataannya aku bukanlah kanvas, aku manusia. Aku bisa bergerak, berusaha menjadi lukisan yang aku inginkan. Aku bisa melangkah keluar dari rumah Tuan itu dan mencari tempat lain yang lebih memahamiku atau aku bisa berteriak kepada si Tuan “hey, aku ada!”. Jadi, beruntunglah kita para manusia. Lukislah dirimu dengan warna-warna indah. Jadilah lukisan yang memukau dan bernilai tinggi. Jadilah ada.
1 cuap-cuap:
jadilah ada!
Post a Comment